Rekayasa Sejarah Oleh Orde Baru Adalah Produk Dari Kesalahan Sejarah

By Tono Jayadih



          Berbicara mengenai Semarang Orde Baru dalam kontek hari ini mungkin menjadi sesuatu yang cukup aneh karena dianggap sudah basi atau sudah tidak kontekstual. Namun, Saya berijtihad bahwa inilah zamannya saya karena saya tidak lahir di zaman Orde Baru dan inilah masanya saya untuk memberikan sumbangsi pemikiran karena inilah masa pendewasaan saya sebagai mahasiswa.
          Bermula dari Hos Cokroaminoto yang mempunyai tiga murid mungkin bisa di katakan istimewa dari banyak muridnya yang lain. Kenapa istimewa..? karena ketiga muridnya ini kelak yang menjadi founding father, konseptor dan ideolog bagi bangsa indonesia, Pada saat itu indonesia belum merdeka dan masih terjajah. Ketiga muridnya itu adalah pertama Soekarno dengan konsep Nasionalis-Sekuler, kedua Semaun dengan konsep Komunis-Sosisalis dan yang ketiga adalah Karto Suwiryo denga konsep Syariat Islam. Ketiga muridnya tersebut berebut untuk menerapkan konsep-konsep yang akan di gunakan untuk atau setelah kemerdekaan indonesia kelak.
         Namun dalam kancah perpolitikan indonesia pada saat itu soekarnolah yang memenangkannya dan lebih di terima oleh bangsa indonesia yang sangat majemuk ini dengan konsepsi Nasionalis- Sekuler dan produk dari konsepsi Nasionalis-Sekuler bung karno (biasa dia disapa) adalah Pancasila yang menurut penulis sendiri adalah relefan dan ideal sebagai penyempurna atas Piagam Jakarta karena reaksi yang terjadi di indonesia bagian timur atas poin pertama pada Piagam Jakarta tersebut.
Banyak gejolak yang terjadi baik Pra- maupun Pasca kemerdekaan RI. Tentang Sutan Sahrir dengan Sosialisnya, Tan Malaka dengan Murbanya, M.Wahid Hasyim dengan Masyumi serta Muso dan Semaun dengan Komunisnya.
         Singkat cerita, berlanjut Pra- berakhirnya masa-masa jabatan presiden RI 1 bung karno sekitar tahun 60-an, tepatnya berakhir tahun 1965 dengan beralihnya Orde Lama (bung karno) kepada Orde Baru (Soeharto).
           Kondisi konstalasi politik sangat panas pada saat itu antara militer (Soeharto) dengan PKI (Komunis) karena soekarno pada saat itu lebih condong kepada PKI sebagai penyeimbang kekuatan militer, karena pada saat itu hanya PKI-lah yang dapat menyeimbangkan militer.
           Soekarno dengan konsep NASAKOM (Nasionalis, Agama dan Komunis) ternyata cukup menjadi batu sandungan bagi negara-negara berideologi Kapitalis kususnya Amerika Serikat selaku negara adidaya/Super Power karena lawan dari Komunis/Sosialis (Markisme) adalah ideologi Kapialis (Amerika – Adam Smith) yang ingin menjadikan negara-negara di dunia berideologi kapitalis dengan pasar bebasnya. Oleh karenanya kemudian bagimana cara amerika untuk menumbangkan kepemimpinan soekarno yang lebih condong kepada komunis dengan NASAKOM-nya. Dan soehartolah dari kekuatna militer yang merupakan konco dari amerika (Ideologi Kapitalis) unutk menumbangkan orde lama (Soekarno). Oleh karenanya terjadilah gerakan-gerakan untuk mengganggu konstalasi keamanan pemerintah orde lama dengan menghembuskan isu-isu PKI tidak beragama karena begitu panasnya kondisi politik antara kekuatan militer dengan PKI Maka terjadi penculikan-penculikan para jendral oleh PKI Begitulah yang tercatat dalam buku-buku sejarah indonesia.
           Penulis sendiri sebenarnya mempertanyakan kebenarna kejadian tersebut dengan kondisi kostalasi politik pada saat itu yang begitu panas antara militer dengan PKI bahwa hal ini benar-benar PKI yang melakukan atau settingan dari negara kapitalis yang ada di belakang militer untuk menumbangkan orde lama yaitu soekarno dengan NASAKOM-nya. Saya kira kita perlu mengkritisi, mengkaji serta membaca ulang sejarah dengan semangat mencari kebenaran dari segala kejadian yang pernah terjadi, jangan sampai anak cucu kita nanti hanya menerima kebohongan dari sejarah yang telah di belokan kebenarannya. “jika suatu kebohonga di ucapkan beribu-ribu kali maka seolah-olah kebohongan tersebut akan menjadi satu kebenaran” saya kutip itu dari Hitller.
Dan isu yang paling kencang berhembus adalah bahwa PKI tidak beragama dan itulah yang menjadi awal keguguran komunis di indonesia karena pada dasarnya orang-orang di indonesia adalah fanatik agama kususnya islam karena indonesia adalah negara mayoritas islam.
           Atas tragedi penculikan diatas dan isu tentang PKI tidak beragama, soehartolah yang seolah-olah menjadi tokoh heroik di atas permasalahan tersebut. Dengan di ungkapnya tragedi Lubang Buaya (pada waktu itu lubang tersebut menjadi tempat penguburan para jenderal yang di culik). Entah siapa yang melakukan tragedi Lubang Buaya tersebut, PKI-kah memang menjadi objek yang tertuduh...?? ataukah soeharto sendiri agar kemudian dia muncul di tengah kegaduhan sebagai orang yang di anggap berjasa oleh bangsa ini...?? Entahlah biar sejarah yang akan menjawab kelak siapa yang menjadi pembohong bangsa dan siapa yang menjadi pahlawan.
Oleh karenanya di angkatlah soeharto menjadi presiden RI ke-2 karena dianggap sebagai orang yang berjasa dalam penyelesaian masalah negara yang saat itu sangat kacau dengan di keluarkannya Dekrit presiden/Supersemar (Surat perintah sebelas mart) katanya!! Oleh soekarno....
Bersambung...............

Comments