Tanam Ganja Untuk Pengobatan Istri, Berikut Isi Nota Pembelaan Fidelis yang Membuat Haru Pengunjung Sidang
KalBar - Dalam sidang dengan agenda pembelaan
terdakwa kasus kepemilikan 39 batang ganja, Fidelis membacakan nota pembelaan
yang ia tulis sendiri saat berada di tahanan.
Nota itu ia bacakan dalam sidang yang digelar pada hari Rabu
(19/7/2017) di Pengadilan Negeri Sanggau, Kalimantan Barat.
Kakak kandung Fidelis, Yohana L.A Suyati menceritakan jalannya
suasana sidang saat Fidelis membacakan nota pembelaan tersebut. Suasana haru
disertai isak tangis. Bahkan, seperti yang disampaikan Yohana, pengunjung
sidang ada yang terpaksa keluar dari ruang sidang karena tidak mampu menahan
keharuan.
"Para pengunjung sidang yang bertahan di ruang sidang
harus tetap menjaga ketenangan persidangan meskipun keharuan menyergap mereka
ketika mereka menyimak isi nota pembelaan pribadi Fidelis," ucap Yohana.
Fidelis akan menjalani sidang putusan pada tanggal 2 Agustus
2017.
Berikut isi nota pembelaan yang dibacakan Fidelis:
Pertama-tama, saya menyampaikan terima kasih kepada Majelis
Hakim yang saya Muliakan atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk
menyampaikan nota pembelaan pribadi saya.
Sejak saya ditahan, saya tidak lagi memiliki kebebasan untuk
selalu berada di samping istri saya yang sakit hingga akhirnya istri saya
meninggal dunia. Padahal, selama ini sayalah yang paling mengerti dan memahami
tentang keadaan dan kondisi istri saya.
Penahanan terhadap saya membuat saya tidak punya kesempatan
untuk menjelaskan banyak hal kepada istri saya. Saya hanya bisa mencurahkan
perasaan saya dalam bentuk tulisan-tulisan pada sebuah buku.
Tulisan-tulisan itu kemudian saya rangkum menjadi surat yang
saya tujukan kepada istri saya. Surat tersebut menjadi bagian terpenting dalam
nota pembelaan saya yang akan saya bacakan dalam persidangan kali ini.
Siang itu tanggal 19 Februari 2017, setelah saya diajak ke
kantor BNNK Sanggau dan akhirnya mereka menahan saya, sekitar pukul 14.00 atau
2 siang, petugas dari BNNK Sanggau, anggota kepolisian, dan satu unit ambulans
membawa saya kembali ke rumah.
Mereka akan mengevakuasi istri saya, Yeni Riawati. Dengan
pengawalan ketat para petugas, saya dikawal menuju ke dalam rumah saya. Saya
langsung menuju ke kamar tempat istri saya terbaring sakit.
Saya mencium kedua pipinya dan merapikan rambutnya dengan
tangan saya. Istri saya yang sudah terbangun pun bertanya, “Kenapa Papa
menangis?” Saya berusaha tersenyum.
Sambil menahan air mata, saya berkata kepada istri saya,
“Kawan-kawan Papa dari BNN akan merawat Mama dan mencarikan obat untuk
kesembuhan Mama.”
Saya kemudian mengusap air mata di pipi istri saya agar dia
lebih tenang dan tidak khawatir, akan tetapi yang terjadi di dalam hati saya
sebenarnya kacau luar biasa
Selanjutnya, Majelis Hakim yang saya muliakan, izinkanlah
saya membacakan surat untuk istri saya ini sebagai bagian dari pembelaan
pribadi saya.
Mama, banyak hal yang ingin Papa utarakan kepada Mama.
Tetapi, Papa tidak ingin membuat Mama menjadi khawatir. Mama harus tetap
semangat agar segera sembuh.
Papa tahu selama ini Mama sudah letih dan putus asa karena
sakit yang Mama derita tidak kunjung sembuh, padahal sudah berganti-ganti rumah
sakit, sudah memakan bermacam-macam obat dari dokter, pergi ke berbagai
pengobatan alternatif, dan minum obat-obatan herbal.
Namun, semua itu tidak membuat Mama menjadi lebih baik,
malahan hanya menguras habis semua tabungan yang sudah susah payah kita
kumpulkan bersama.
Rencana kita untuk mengecat rumah pun harus kandas lagi,
padahal semenjak kita berhasil membangun rumah sederhana kita secara bertahap,
kita belum pernah mengecatnya, bahkan sampai atapnya ada yang bocor, Papa pun
belum bisa memperbaikinya.
Papa tak ingin Mama menjadi sedih. Yang penting Mama harus
sembuh dulu. Tentu Mama masih ingat doa yang selalu kita selipkan di saat kita
berdoa rosario bersama-sama: “Tuhan kami serahkan segalanya kepada-Mu.
Tunjukkanlah kami jalan selangkah demi selangkah menuju kebaikan-Mu agar
semuanya menjadi indah pada waktunya.”
Mama, Tuhan akhirnya menunjukkan kuasa-Nya. Pada akhir tahun
2015, dokter berhasil memastikan penyakit yang Mama derita. Dokter mengatakan
bahwa Mama menderita penyakit syringomyelia.
Menurut dokter, penyakit ini tergolong langka. Satu-satunya
cara untuk mengobatinya adalah dengan operasi. Namun, kondisi Mama sudah sangat
lemah. Dokter tidak mengajurkan Mama untuk menjalani operasi. Risikonya terlalu
besar. Mama bisa kehilangan nyawa.
Di samping itu, peralatan dan tenaga medis yang ada,
tidaklah memadai. Dokter tidak bisa berbuat banyak untuk mengobati Mama. Papa
menjadi sangat sedih. Papa kemudian mengumpulkan informasi dari berbagai sumber
tentang penyakit Mama.
Salah satu informasi yang Papa dapatkan berasal dari situs
Worldwide Syringomyelia and Chairi Task Force. Papa menghubungi pendirinya dan
berkenalan dengannya. Namanya Beth Nguyen. Dia tinggal di Northwest Georgia,
Amerika Serikat.
Dia menjelaskan seluk-beluk penyakit syringomyelia kepada
Papa. Dia juga mengajarkan dan memberi panduan untuk merawat dan mengetahui
perkembangan penyakit syringomyelia secara sederhana, bahkan siapa saja yang
membaca panduan tersebut dapat melakukan perawatan sendiri di rumah.
Papa sebenarnya ingin memperkenalkan Beth Nguyen kepada
Mama. Namun, Beth pernah menjelaskan bahwa penyakit yang telah ditemukan sejak
lebih dari 200 tahun yang lalu ini belum ditemukan obatnya sampai sekarang.
Tindakan penyedotan cairan dan pemasangan shunt cateter
melalui jalan operasi hanya membuat penderita merasa nyaman pada jangka waktu
tertentu. Cairan itu akan datang kembali dan shunt cateternya harus diganti
lagi dengan operasi.
Papa tidak ingin membuat Mama menjadi putus asa karena
penyakit Mama tidak dapat disembuhkan total melalui tindakan medis. Papa pun
mengurungkan niat untuk memperkenalkan Beth Nguyen kepada Mama.
Berbekal pengetahuan yang Papa dapat dari Worldwide
Syringomyelia and Chairi Task Force, Papa bisa merawat dan mengetahui kondisi
Mama. Kondisi Mama semakin menurun. Mama semakin sulit untuk menelan makanan,
walaupun makanan Mama sudah Papa blender.
Kedua kaki Mama semakin kaku. Mama bahkan tidak bisa
merasakan saat dipijit atau saat kaki Mama Papa bersihkan. Kekakuan itu bahkan
sudah menjalar ke tangan kiri Mama. Tangan Mama menjadi terlipat dan tidak
dapat digerakkan. Keringat di sebelah kanan tubuh Mama juga tidak berhenti.
Urin di selang kateter semakin sering membawa gumpalan
berwarna putih sampai akhirnya kateter itu tersumbat. Mama pun semakin jarang
Buang Air Besar (BAB), kadang hingga sampai dua minggu.
Mama semakin sulit untuk tidur. Kalaupun bisa tertidur, itu
hanya sebentar sekali. Mama mudah terkejut dan terbangun. Mama selalu menolak
kalau diajak bicara. Papa menjadi sangat sedih. Padahal, luka-luka di tubuh
Mama terus bertambah dan semakin besar serta dalam.
Perawat yang setiap hari datang ke rumah mengobati luka Mama
pun sampai kehabisan akal dan bingung karena luka-luka itu tidak kunjung
sembuh.
Di dalam kegalauan, Papa terus berupaya untuk menyembuhkan
Mama. Papa akhirnya menemukan artikel di sebuah web blogger yang ditulis oleh
Christina Evans. Dia adalah seorang ibu dengan dua orang anak yang tinggal di
Delta British Colombia, Kanada.
Sejak tahun 2013, dia telah didiagnosa menderita penyakit
syringomyelia. Selama beberapa tahun, dia menderita karena syringomyelia yang
dideritanya. Bahkan, obat-obatan dari dokter dengan dosis maksimum yang
dikonsumsinya tidak mampu menyembuhkan penyakitnya.
Kemudian, dia beralih pada pengobatan menggunakan ekstrak
ganja. Semenjak menggunakan ekstrak ganja, hidupnya kembali normal. Ia bisa
mengurusi keluarga dan dapat bekerja di salah satu studio yoga.
Papa tidak percaya begitu saja. Bagaimana mungkin ganja yang
selama ini dikenal sebagai perusak malah bisa menjadi obat?
Setelah Papa berhasil berkomunikasi dengan Christina Evans
melalui akun Facebooknya dengan nama “Fighting Syringomyelia with Cannabis
Oil”, ternyata Christina Evans menggunakan ekstrak ganja setelah mendapatkan
rekomendasi dari dokter yang merawatnya.
Salah satu di antaranya adalah dari dokter di Fraser Medical
Clinic di Kanada. Kandungan obat yang terdapat di dalam ekstrak ganja ini
kemudian mempertemukan Papa dengan banyak ilmuwan yang telah meneliti khasiat
ganja sebagai obat.
Dr. Raphael Mechoulam dari Hebrew University of Jerusalem,
Israel, Dr. Vincenzo Di Marzo dari Endocannabinoid Research Group Italy, Dr.
Christina Sanchez dari Compultense University di Madrid, Spanyol, Dr. Kirsten
Müller-Vahl, MD dari Hannover Medical School (MHH), Jerman, Dr. Donald P.
Tashkin dari University of California, Amerika Serikat, Dr Aymen I Idris, MSc,
PhD dari University of Edinburgh, Inggris, dan masih banyak peneliti lain.
Mereka menjelaskan bahwa ganja memang berpotensi untuk
mengobati penyakit yang sulit atau bahkan tidak bisa ditangani oleh obat-obatan
medis seperti kanker, Alzheimer, epilepsi, diabetes, schizophrenia, parkinson,
arthritis, asma, bahkan HIV/AIDS.
Mama, bagaimana Papa harus menjelaskan semua ini kepada
Mama? Ketika Papa berusaha mencari izin dan dispensasi agar bisa mendapatkan
dan menggunakan ganja untuk mengobati Mama, tidak ada satu pun yang dapat
membantu Papa.
Penggambaran ganja yang begitu buruk tanpa didukung hasil
penelitian ilmiah begitu kuat di negeri kita, bahkan ganja menjadi tanaman nomor
satu yang dilarang penggunaan dan pemanfaatannya.
Mama, di antara hembusan napas Mama yang semakin hari
semakin sulit, membuat Papa akhirnya memutuskan menggunakan ganja untuk
mengobati Mama. Sebab di dunia ini, cannabinnoid hanyalah ditemukan pada tanaman
ganja.
Steep Hill Laboratory yang salah satu laboratoriumnya berada
di Denver, Colorado, Amerika Serikat menjelaskan bahwa unsur kimia yang sama
dengan canabinnoid juga ditemukan pada tubuh manusia yang berfungsi sebagai
reseptor cannabinoids.
Jorge Cervantes yang tinggal di Israel dan Edward Rhosental
dari Amerika yang dua-duanya berprofesi sebagai ahli tanaman holtikultura
menegaskan bahwa cannabinoid yang baik digunakan untuk pengobatan adalah yang
berasal dari bunga ganja yang dirawat secara khusus.
Beruntung Papa bisa mendapatkan bimbingan untuk merawat
tanaman ganja secara organik dari sepasang suami istri, John dan Amanda Seckar,
yang tinggal di Washington D. C, Amerika Serikat.
Papa juga dibantu oleh Emily Grand, seorang botanical steel
di Kanada yang memilihkan lampu agar klorofil A dan klorofil B pada tanaman
dapat bekerja secara maksimal.
Papa juga mendapatkan panduan dari Rick Simpson untuk
mengekstrak ganja dengan proses moserasi yang sangat sederhana dan dapat
dilakukan sendiri di rumah, melakukan proses dekarbolisasi untuk mengubah
tetrahydrocannabivorin menjadi tetrahydrocannabinoid sebagai zat psikoaktif
yang berfungsi sebagai obat analgesik, antibakteri, antikanker, antispasmodic,
appetit stimulant, bronchodilator, neuroprotective, dan bone stimulant.
Mama, Papa masih ingat di awal bulan Januari 2017, ketika
Papa terbangun dari tidur di antara buku-buku, sambil memegang tablet Lenovo di
samping tempat tidur Mama, Papa mendengarkan Mama menyanyikan lagu “Pelangi
Sehabis Hujan”.
Papa sungguh bahagia bisa mendengarkan Mama bernyanyi
kembali setelah Papa mencampurkan minjak ganja pada makanan atau minuman Mama,
menambahkan beberapa lembar daun ganja pada telur omelet kesukaan Mama, serta
membuatkan Mama jus alpukat susu bersama daun dan bunga ganja segar.
Dr. Rachna Patel yang berprofesi sebagai The Medical
Marijuana Expert di San Fransisco, California mengatakan bahwa susu mampu
mengikat cannabinoid dengan baik dan meningkatkan penyerapan protein. Itu
sebabnya tubuh kita hampir tidak mungkin mengalami overdosis ganja karena
kelebihan cannabinonoid akan disimpan di dalam lemak tubuh.
Semenjak Papa mulai intensif memberikan Mama ekstrak ganja,
Mama juga mulai lancar berkomunikasi kembali. Kita jadi sering berbagi cerita
kembali. Mama banyak mengingat kenangan-kenangan yang pernah kita lalui
bersama.
Bagaimana kita bertemu pertama kali dan mulai dekat di saat
perkuliahan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, mengatur waktu dari
padatnya jadwal perkuliahan agar dapat pergi ke gereja bersama-sama pada hari
Minggu pagi dan mengikuti pendalaman iman di Kanisius Yogyakarta pada sore harinya.
Bagaimana galaunya kita ketika Papa tidak ada uang untuk
membayar uang praktikum di jurusan mekatronika yang sangat mahal pada waktu itu
dan akhirnya Papa memutuskan berhenti kuliah karena tidak memiliki biaya.
Perjuangan kita pun terus berlanjut. Mama bercerita betapa
sedihnya Mama setelah kita hidup bersama di Kalimantan karena harus
meninggalkan Papa untuk melanjutkan kembali pendidikan bahasa Inggris di
Magelang.
Setelah Papa memberikan Mama ekstrak ganja, Papa tidak perlu
lagi membeli Sanoskin Oxy seharga Rp 320.000,- untuk obat luka Mama yang satu
botolnya hanya bisa dipakai 3 – 4 hari.
Mama tidak perlu minum aprazolan atau zypas agar Mama bisa
tidur, tidak perlu minum ulsafate sulcralfate agar Mama tidak muntah dan bisa
menelan makanan, tidak perlu minum Dulcolax atau injeksi di anus agar Mama bisa
Buang Air Besar (BAB).
Mama tidak perlu meminum obat-obat kimia yang ternyata tidak
efektif menyembuhkan Mama. Cukup dengan ekstrak ganja, Papa sudah bisa melihat
senyuman di wajah Mama lagi.
Mama, Papa jadinya banyak menghemat uang. Papa bisa
membelikan sepeda kecil untuk Samuel. Mama belum pernah lihat kan, betapa
lincahnya Samuel mengendalikan sepedanya? Papa sebenarnya ada merekam videonya,
tapi Papa belum sempat menunjukkannya kepada Mama.
Semenjak Mama tidak dapat memberikan Air Susu Ibu (ASI)
untuk Samuel karena Mama sakit, Samuel tetap tumbuh menjadi anak yang sehat dan
aktif. Saat akan tidur di malam hari, dia hanya perlu mencari sebotol dot
berisi teh manis dan sebuah boneka sapi hitam putih yang buntutnya sudah butut.
Mama tahu nggak, boneka itu sebenarnya hanya hadiah dari
salah satu produk makanan anak-anak yang dibelikan budenya. Samuel dapat tidur
nyenyak dan terlelap bersama boneka sapi kesayangannya itu.
Mama, Samuel sekarang juga sudah bisa makan sendiri. Dia
duduk di lantai sambil memangku piringnya, memasukkan sesuap demi sesuap nasi
ke dalam mulutnya. Mama pasti akan tertawa kalau melihat pipinya yang belepotan
karena nasi yang menempel ke mana-mana.
Tanggal 28 Mei 2017 yang lalu, Samuel berulang tahun yang
ketiga. Papa tidak tahu, siapa yang menemaninya. Papa masih mengurusi obat
untuk Mama, sedangkan Mama pun sudah tak bisa lagi menemani Samuel.
Budenya bilang sama Papa kalau Samuel sudah bisa bernyanyi:
Daddy Finger, Daddy Finger, where are you? Here I am, here I am. How do you do?
Mommy Finger, Mommy Finger, where are you? Here I am, here I am. How do you do?
Mama, sebenarnya ada sesuatu hal yang ingin Papa sampaikan
sewaktu Mama dibawa oleh teman-teman dari BNN ke rumah sakit. Namun, Papa
khawatir kalau Papa berterus terang waktu itu akan membuat Mama menjadi shock.
Beberapa bulan belakangan itu sebenarnya Papa telah
mengobati Mama menggunakan ekstak ganja yang Papa olah sendiri. Papa tidak tahu
bagaimana cara mendapatkan izin atau dispensasi untuk dapat menggunakan ganja
sebagai obat.
Pada waktu itu, sebenarnya Papa sudah ditahan oleh pihak
BNN. Papa pun kemudian dimasukkan ke dalam penjara. Sejak saat itu, tidak ada
lagi yang bisa Papa lakukan untuk menolong Mama.
Usaha Papa untuk memberikan panduan perawatan syringomyelia
kepada dokter yang merawat Mama pun ditolak oleh dokter yang merawat Mama.
Katanya mereka sudah punya SOP sendiri untuk menangani pasien, padahal Papa
berharap panduan itu dapat menjadi tambahan referensi mereka untuk mengobati
Mama. Papa hanya bisa pasrah.
Siapa lagi yang bisa merawat Mama di rumah sakit, selain
Yuven anak kita yang pertama. Papa tidak bisa membayangkan bagaimana Yuven
harus bolak-balik ke rumah sakit untuk menyuapi Mama sambil berkonsentrasi
untuk membaca buku-buku pelajaran yang dibawanya.
Di saat teman-temannya bisa belajar di rumah dengan tenang
untuk menghadapi Ujian Nasional SMP, Yuven hanya bisa bermimpi dapat belajar
bersama orangtuanya.
Semenjak Mama sakit di tahun 2013, dia sudah harus terbiasa
ditinggal berminggu-minggu oleh Papa karena Papa harus membawa Mama berobat
dari rumah sakit yang satu ke rumah sakit yang lain, dari kota yang satu ke
kota yang lain.
Apa yang bisa dilakukan oleh seorang anak yang menurut undang-undang
dikategorikan masih di bawah umur bersama adiknya yang masih balita? Bagaimana
hancur hatinya ketika harus menghadapi kenyataan bahwa ibunya tidak lagi dapat
bertahan hidup setelah selama 32 hari dirawat di rumah sakit, sementara ayahnya
harus mendekam di penjara?
Mama, betapa besar kasih karunia yang diberikan Tuhan kepada
keluarga kecil kita. Tuhan memberikan dua orang anak yang begitu tabah untuk
melepas kepergian Mama di saat Papa harus menjalani proses hukum.
Di saat Papa sudah tidak lagi mempunyai uang untuk menyewa
pengacara, Tuhan pun mengutus orang-orang hebat dari Firma Hukum Ranik,
Marcelina, dan Rekan untuk mendampingi Papa.
Mereka bahkan tidak pernah absen mendampingi Papa di setiap
persidangan, padahal mereka harus berangkat dari Pontianak ke Sanggau dan
kembali ke Pontianak lagi. Sering mereka juga harus menyewa penginapan, tetapi
mereka tidak pernah meminta imbalan sepeser pun.
Mama, Tuhan juga menunjukkan kebesaran-Nya melalui media
sosial dan media massa. Banyak yang mendoakan Mama dan berharap agar Papa bisa
segera dibebaskan. Hal ini ternyata juga menjadi salah satu pertimbangan Jaksa
Penuntut Umum dalam menjatuhkan tuntutannya.
Papa bersyukur karena Jaksa Penuntut Umum begitu bijaksana
dengan menjatuhkan tuntutan lima bulan penjara terhadap Papa. Hal ini tentu
saja akan membuka peluang besar untuk dapat mempertahankan status Pegawai
Negeri Sipil Papa.
Akan tetapi, Papa juga khawatir jika nanti vonis dijatuhkan
kepada Papa dan status Papa berubah menjadi narapidana, tentu saja hal ini akan
mengganggu masa depan karir Papa sebagai Pegawai Negeri Sipil karena pada
kegiatan-kegiatan tertentu, seorang Aparatur Sipil Negara tidak boleh cacat di
mata hukum.
Bagaimana juga dengan kedua buah hati kita? Pasti mereka
akan merasa minder dan malu karena papanya adalah seorang narapidana atau
mantan narapidana ketika Papa bebas nanti.
Mama, Papa minta maaf karena hanya bisa berterus terang
melalui surat ini. Kita tidak lagi bisa bersama di dunia ini.
Kita tidak lagi bisa berbincang tentang hidup ini atau
bertengkar tentang rencana esok hari.
Sesaat sebelum peti jenazah Mama ditutup, betapa Papa harus
menguatkan diri karena tidak lagi mendengar hembusan napas Mama. Kebersamaan
dan cinta kasih kita selama ini, akan menjadi harta karun yang tak ternilai
untuk Papa.
Selamat jalan, wahai istriku. Doa dan cintaku selalu
menyertaimu.
Majelis Hakim Yang saya Muliakan Jaksa Penuntut Umum yang
saya hormati Tim Penasehat Hukum yang saya hormati Panitera yang saya hormati
Para Sahabat, keluarga, dan pengunjung sidang yang saya cintai dan banggakan,
Saya yakin dan percaya, dalam persidangan ini Majelis Hakim yang saya Muliakan
menjadi perpanjangan tangan Tuhan di dunia ini.
Jika saya boleh memohon, saya memohon kepada Yang Mulia
untuk menyampaikan surat ini kepada isteri saya agar dia dapat mengerti bahwa
saya sungguh sangat mencintainya sehingga dia dapat beristirahat dengan tenang
untuk selama-lamanya.
Saya juga memohon pengampunan kepada Yang Mulia atas segala
pelanggaran hukum yang telah saya lakukan agar saya dapat melanjutkan kehidupan
bersama kedua anak saya.
Majelis Hakim yang saya Muliakan, Pembelaan yang saya
bacakan ini merupakan satu bentuk kesatuan rangkaian utuh yang sama dengan
pembelaan yang akan dibacakan dan disampaikan oleh Kuasa Hukum saya.
Saya menyampaikan terimakasih kepada Majelis Hakim yang saya
Muliakan, yang telah berkenan mendengarkan saya. Saya meminta maaf kepada
Majelis Hakim yang Mulia dan kepada semua pihak atas kekhilafan dan kekurangan
yang saya miliki.
Terakhir, dengan kerendahan hati, saya memohon keadilan yang
seadil-adilnya kepada Majelis Hakim yang mengadili dalam mengambil putusan
perkara saya ini.
Sanggau, 19 Juli 2017
Hormat saya, Fidelis Arie Sudewarto.
Comments
Post a Comment