"Setelah menikah, hidupku akan
sempurna denganmu"
Kira-kira, itulah kata-kata
gombal yang sering kita dengarkan. Katanya, setelah menikah itu hidupmu akan
indah karena (akhirnya) kamu bersama pasangan sejatimu. Tapi kamu harus sadar,
bahwa pernikahan itu gak cuma yang indah-indah saja. Ada kekurangan di
sana-sini yang perlu kamu "tambal" bersama pasangan halalmu. Oleh
karena itu, sudah sadarkah kamu dengan realita-realita ini?
1. Untuk suami, masalah
finansial yang harus dipikirkan tentu akan bertambah.
Tidak bisa dipungkiri, masalah
finansial menjadi suatu hal krusial saat berumah tangga. Dari yang biasanya
sendiri, sekarang harus menghidupi istri dan anak. Dari yang biasanya
sering hangout, sekarang mulai memikirkan menabung untuk membeli
rumah. Jika kalian sama-sama bekerja, masalah finansial tidak terlalu
membebani. Namun ada baiknya untuk memulai perencanaan keuangan jauh sebelum
memantapkan diri ke jenjang pernikahan.
2. Buat istri, sudah waktunya
gak manja lagi, ada suami yang perlu diperhatikan juga.
Cewek baru mantap disebut istri
jika sudah lancar mengerti kebutuhan suami. Bisa memasak, mengurus rumah
tangga, mengelola keuangan keluarga, memberi dukungan saat suami lelah serta
dirundung masalah, dan sebagainya. Ketika istri berkarir, kebutuhan suami dan
keluarga tetaplah wajib menjadi prioritas nomor satu.
3. Ingat, masih ada orangtua
dan mertua yang perlu kamu jaga juga.
Menikah itu juga menyatukan dua
keluarga yang berbeda. Dengan kata lain, kalian perlu menyatukan dua tabiat
yang berbeda. Kalian perlu saling bekerja sama untuk menghapal kebiasaan
orangtua kalian masing-masing. Dengan membiasakan diri untuk menjaga dua
keluarga, tentu akan jauh lebih mudah memperhatikan dan menjaga mereka.
4. Dengan menikah, semakin
banyak sifat pasangan yang terbuka.
"Ih, kamu kalau tidur sukanya kentut!"
"Kamu mandinya lama banget. Luluran ya?"
"Jangan pakai baju itu dong. Malu-maluin di depan teman kerjaku."
"Kamu mandinya lama banget. Luluran ya?"
"Jangan pakai baju itu dong. Malu-maluin di depan teman kerjaku."
Percayalah! Setelah menikah
nanti, ada ekspresi semacam di atas yang akan kamu lontarkan. Baik untuk hal
yang sifatnya sepele, maupun yang agak serius. Sabar dulu, jangan merasa kecewa
terlebih dulu. Ingat, kalian sudah mengikat janji suci. Bertengkar itu wajar,
yang perlu dilakukan adalah saling menerima kebiasaan tersebut. Atau mungkin
juga, kalian bisa sama-sama mengurangi kebiasaan jelek itu sampai akhirnya
saling menerima.
5. Hamil sembilan bulan bisa
terasa berat kalau tidak ada kerjasama yang kuat.
Jangan dikira hamil sembilan bulan itu hanya kerja istri. Bukan, ini
juga kerja suami untuk mengikuti istrinya. Perubahan mood, perubahan fisik, muntah-muntah,
pusing bahkan ngidam, tak lagi berasa berat kalau suami siap mendukung
istrinya.
6. Ketika anak lahir, di
situlah muncul tantangan jangka panjang yang lain.
Kini ada bayi kecil yang sehat
dan lucu di antara kalian. Tapi di balik itu, kamu perlu memulai memikirkan
perencanaan keuangan yang matang untuk membiayai kebutuhannya. Mulai dari susu,
pakaian, hingga pendidikannya di masa depan.
7. Setelah menikah, pulang
rumah usai kerja merupakan prioritas pertama dalam kehidupanmu.
A: "Habis jam kantor, kita
mau ngumpul di resto nih. Ikutan, yuk! Ditraktir lho!"
B: "Enggak, ah! Aku mau langsung pulang aja. Kasian anak - istri di rumah nungguin."
B: "Enggak, ah! Aku mau langsung pulang aja. Kasian anak - istri di rumah nungguin."
Ketika belum menikah, tentu tidak
perlu berpikir dua kali menerima ajakan teman. Tapi kalau sudah menikah,
prioritas kalian akan bersama orang di rumah. Kalian tidak ingin kehilangan
momen berharga dengan anak. Lagipula kalau nanti terjadi sesuatu, siapa juga
yang menanggung susahnya selain kalian berdua?
8. Seiring bertambahnya usia
anak, waktu bersama pun akan semakin berkurang.
Semakin besar usia anak (dan
semakin banyaknya anak yang dipunya),tentunya kebutuhan keluarga tidaklah
sesimpel dahulu. Gak heran kalau waktu berdua juga semakin berkurang. Namun
percayalah, ini merupakan saat-saat kalian diuji. Yang satu diuji
perjuangannya, yang satu diuji kesetiaannya.
9. Karir juga meningkat dengan
tajam, namun godaan yang datang semakin banyak juga.
Semakin sukses seseorang, semakin
banyak godaan menerpa. Sebagai istri, kamu masih dituntut pengertian terhadap
profesi suami yang semakin padat-padatnya. Jika nanti muncul gosip atau terpaan
berita miring, jangan terburu terprovokasi. Begitu juga sebaliknya dengan
suami. Bila salah satu tersandung masalah, kalian harus saling setia
mendampingi dan menguatkan.
10. Belajar bagaimana caranya
memantau anak, tanpa mengekangnya itu susah!
Perjuangan kamu sebagai pasangan
yang menikah, tidak terhenti sampai anak dewasa. Ketika di usia ini, pergaulan
anak sudah semakin luas. Sudah waktunya belajar caranya untuk memantau anak
tanpa terlihat mengekannya. Dan ini tidak mudah, lho!
11. Ketika anak telah memilih
kehidupannya sendiri, percayalah kalian akan selalu dibutuhkan olehnya,
sesederhana apapun itu!
Akhirnya, kamu menuntaskan
tugasmu sebagai orang tua. Anakmu mendapatkan jodohnya dan memilih jalan
hidupnya sendiri. Ia menikah dan hidup mandiri dengan berpisah dari
keluarga. Ia pun mulai merasakan perjuangan yang sama, seperti yang kamu alami
dahulu. Namun semandiri apapun ia, percayalah! Ia akan terus membutuhkan
peranmu sebagai orang tua, sesederhana apapun itu.
12. Di usia yang tak bisa
dibilang muda lagi, kamu menyadari bahwa perjuangan orangtuamu dulu tidak bisa
dianggap sebelah mata.
Seluruh anakmu telah memilih
mandiri dengan hidupnya masing-masing. Dengan begitu, kamu kini hanya tinggal
berdua dengan suami di rumah. Di titik inilah, kamu banyak merenung dan
merindukan nostalgia. Kamu mulai ingat masa kecilmu, yang mana sangat bandel
pada orangtua. Namun setelah menikah dan menjadi orangtua, kamu sadar betapa
beratnya perjuangan orangtuamu dulu untuk mendahulukan anaknya.
13. Karena hanya Tuhan yang
mampu memisahkan cintamu, kamu akan tetap saling memperjuangkan dan mengisi
satu sama lain.
Dan pada akhirnya, meski kamu
sudah tidak bekerja lagi, meski kamu sudah tidak mengasuh anak lagi, bukan
berarti perjuangan pasca pernikahan berakhir. Saat inilah keriput di wajahmu
mulai subur. Rambut-rambutmu juga memudar kehitamannya. Tubuh juga tak
berbentuk gitar spanyol karena riwayat kehamilan. Tapi perjuanganmu pasca
pernikahan belum berakhir.
Kamu masih harus berjuang
mempertahankan cintamu dengan suami, hingga akhir nanti. Bagaimana pun kalian
nampak sekarang, cuma Tuhan yang bisa memutuskan cinta kalian.
Comments
Post a Comment