Putri kekasihku,
Makhluk dengan spesifikasi canggih yang ketelitiannya paling akurat,
Teknologi penggerak bumi dengan putaran tercepat,
Mampu menggulung langit dan melipat bumi,
Bersamamu akan membutuhkan nyawah hidup berkali-kali,
Putri kekasihku,
Pangkal dan ujung perjuangan,
Senjata perang terlengkap melawan kebencian,
Zaman yang tidak akan pernah habis,
Mempersembahkan teater cinta yang paling romantis,
Makhluk dengan spesifikasi canggih yang ketelitiannya paling akurat,
Teknologi penggerak bumi dengan putaran tercepat,
Mampu menggulung langit dan melipat bumi,
Bersamamu akan membutuhkan nyawah hidup berkali-kali,
Putri kekasihku,
Pangkal dan ujung perjuangan,
Senjata perang terlengkap melawan kebencian,
Zaman yang tidak akan pernah habis,
Mempersembahkan teater cinta yang paling romantis,
Aku mencintaimu,
Dengan cinta yang biasa dan amat sederhana,
Seperti daun yang bergerak mengarah sumber cahaya,
Saat ku langkahkan kaki keluar rumah pertama kali,
Yang ku cari adalah udara segar yang menyimpan cinta yang alami, murni, dan tanpa kontaminasi.
Dan menyampaikannya padamu melalui burung-burung,
Yang terbang, hinggap di segala tempat dan akhirnya sampai ke rumahmu di gunung.
Aku merindumu,
Rindu yang bukan kali pertama di hari lalu,
Rindu yang tak akan pernah selesai sekalipun kita bertemu,
Ia seolah datang bergerombolan,
Langsung meringkusku tanpa pemberitahuan,
Rindu yang begitu deras menghujani tubuhku,
Segera aku basah kuyup, dilahap dingin dan akhirnya membeku,
Rindu yang meleparkan panahnya bertubi-tubi,
Membanting badanku ratusan kali,
Badanku memar, membiru,
Dan mohon sayang, besok kamu harus obati lebih dulu.
Dengan cinta yang biasa dan amat sederhana,
Seperti daun yang bergerak mengarah sumber cahaya,
Saat ku langkahkan kaki keluar rumah pertama kali,
Yang ku cari adalah udara segar yang menyimpan cinta yang alami, murni, dan tanpa kontaminasi.
Dan menyampaikannya padamu melalui burung-burung,
Yang terbang, hinggap di segala tempat dan akhirnya sampai ke rumahmu di gunung.
Aku merindumu,
Rindu yang bukan kali pertama di hari lalu,
Rindu yang tak akan pernah selesai sekalipun kita bertemu,
Ia seolah datang bergerombolan,
Langsung meringkusku tanpa pemberitahuan,
Rindu yang begitu deras menghujani tubuhku,
Segera aku basah kuyup, dilahap dingin dan akhirnya membeku,
Rindu yang meleparkan panahnya bertubi-tubi,
Membanting badanku ratusan kali,
Badanku memar, membiru,
Dan mohon sayang, besok kamu harus obati lebih dulu.
NPH
Comments
Post a Comment