Surat Kedua Untuk Putri


Put, sudah berhari-hari lamanya kita menjalani hidup dengan siklus yang hampir monoton. Kita bangun, bekerja, dan tidur. Begitu seterusnya. Berputar lagi dan lagi.
Kegiatan-kegiatan itu sudah menjadi gerak otomatis yang terprogram dalam panel bawah sadar kita. Sehingga secara umum dan luas, peta hidup kita hanya melintasi jalan yang berupa lahir, sekolah, bekerja, berkeluarga, dan mati.
Pertanyaanku sederhana put, Apa sih yang kamu cari? Adakah sesuatu yang ingin kamu temukan atau dapatkan? Kemana kamu akan mengarahkan tujuan hidupmu? Untuk apa kamu hidup sehingga kamu perlu melakukan hal-hal di atas?
Aku merasa seolah ada sesuatu yang mendorong kehendak kita. Kehendak tersebut lahir dari nurani. Nurani adalah inti dari sejatinya hati. Seolah memang ada sesuatu yang ingin kita tuju. Entah apa.
Seperti para perantau yang pasti akan mudik ke kampung halamannya menjelang hari raya. Seperti daun yang selalu bergerak mengarah ke sumber cahaya. Seperti burung yang terus nomaden mencari bahan makanan. Dan seperti Nabi yang kembali lagi ke Makkah setelah menjulang kejayaan di madinah.
Kalau kita katakan bahwa dorongan tersebut adalah rindu. Lantas rindu kepada siapa atau apa?. Mungkinkah kita rindu sama tempat kita kembali? Asal muasal kita? Sumber kehidupan? Apa itu? Dimana itu?
Put, bukankah rindu yang membuat kita selalu ingin ketemu? Rindu adalah alasan utama kita untuk segera menyelesaikan pekerjaan masing-masing. Dan melangsungkan pekerjaan baru bersama-sama dalam kerinduan.
Aku sejujurnya sulit untuk mengatakan bahwa aku sanggup melihatmu sedih terlebih harus mengorbankan air mata. Sungguh aku tidak sekuat itu put. Aku benar-benar tidak tega membiarkanmu terjajah oleh kesedihan atau penderitaan. Namun sebab rindulah, kita mampu menyayangi keadaan dan situasi apa saja. Tapi aku yakin put. Kamu atau aku tidak pernah menginginkan kesedihan ataupun penderitaan. Tidak pernah berharap berjumpa dengan makhluk yang satu itu. Terlebih membawanya menjadi bekal kerinduan.
Rindu memiliki nalurinya sendiri. Muatan rindu diantaranya berupa keselamatan dan nilai-nilai kebahagiaan. Kebahagianlah yang mesti terus menerus kita temukan, cari dan selamatakan dalam hidup. Ruang rindu memiliki kapasitas kebahagiaan lebih banyak dan luas sehingga cocok untuk kita bawa kembali. Sebagaimana orang tua pasti akan merasa amat bahagia saat anaknya yang di perantauan kembali dengan selamat disertai wajah berseri-seri dan dengan senyum kebahagiaan yang menentramkan hati.
Bahagia dan senang itu jelas beda loh put. Senang itu sifatnya sementara. Meluap-luap hanya di awal. Hanya menyentuh permukaan hati dan pikiran. Sementara bahagia itu sifatanya stabil, lama dan cenderung abadi. Menjangkau kedalaman hati dan pikiran. Sehingga kita merasa tentaram, tenang dan damai. Bukankah kamu kalau membeli barang akan mencari barang yang memiliki daya tahan yang lama, awet, yang terjamin penggunaannya untuk waktu yang tidak sebentar?
Gimana put? Kamu bahagiakan hari ini? Aku yakin kamu sudah jauh lebih mampu untuk menghadirkan kebahagiaan.
Put, kebahagiaan harus terus kita ciptakan. Kita harus menghadirkannya baik bersama-sama ataupun sendiri-sendiri. Sebab keadaan dalam realitas tidak selalu mendukung untuk itu. Kita dirahmati akal untuk bisa mengolah sedih menjadi bahagia. Duka berubah suka. Tangis menjelma tawa. Dan seterusnya. Sampai tak terhingga.
Kamu tahu kan put bahwa aku jarang makan? Jam makanku tidak seperti orang pada umumnya. Aku sengaja melatih diriku dalam pembiasaan diri menahan lapar. Bukannya makan baru akan terasa nikmat kalau kita sudah lapar ya put? Dalam kenikmatan itu lah aku menemukan kebahagiaan yang kualitasnya tak bisa diremehkan. Lapar itu baik loh put. Asal jangan sampai kelaparan.
Tapi aku bukan sedang memintamu untuk menjalani hidup seperti yang aku lakukan. Kita diperkenankan hidup sesuai dengan kemampuan masing-masing. Jadi kamu tidak harus meniru aku yang sering mengambil hanya tahu dan kentang padahal di meja disajikan juga ayam goreng, sate, sop daging, ikan bakar. Kamu juga tidak harus memaksa dirimu untuk tidak memilih atau tidak melakukan sesuatu yang membuatmu merasa senang sebagaimana aku terus melakukannya. Jangan put. Aku yakin kamu tidak akan sanggup.
Aku harap kamu sehat dan bahagia terus ya put.
NPH.

Comments