Surat Kesembilan Untuk Putri


Put, untuk sampai pada surat kesembilan ini banyak waktu yang aku habiskan dengan hampir tidak menghasilkan apa-apa yang bisa untuk aku sampaikan kepadamu. Aku belum tahu entah sampai berapa surat lagi yang ingin aku sampaikan. Yang jelas aku mencoba berupaya untuk terus tekun. Semakin sulit jalannya justru semakin tajam kualitas kedewasaannya. Ditambah alasan lain bahwa aku memang tidak merencanakan surat ini dengan target berapa banyaknya dan akan kemana serta jadi apa setelah ini.
Putri, untuk bisa ingat terhadap sesuatu maka syaratnya kamu harus melupakannya. Sebab segala yang kamu ingat akan tetap menjadi ingatanmu yang tidak memerlukan kegiatan mengingat. Kamu mengingat karena sesungguhnya kamu sedang lupa.
Begitu juga dengan segala yang kamu temui atau jumpai niscaya akan kamu lewati dan tinggalkan. Sebab hidup ini perjalanan yang tidak statis terus menerus. Posisimu saat ini adalah akibat dari perjumpaanmu kemarin yang kemudian akan jadi sebab bagi perpindahanmu berikutnya.
Kebahagiaanmu hari ini kelak akan kamu tinggalkan dan lupakan. Kamu juga akan melupakan dan meninggalkan momen keindahan yang kamu alami saat ini. Pun begitu dengan kesedihan dan penderitaanmu. Mereka semua akan menjadi titik tolak keberangkatanmu selanjutnya.
Putri, jujur aku amat kurang menyukai logika hidup yang seperti itu. Dimana aku harus mengingat sebentuk momen kebersamaan yang pas dan indah kemudian terkondisikan untuk menjadi lupa. Kisah bahagia yang diupayakan sungguh-sungguh agar bisa tercatat rapih dalam ketentuan yang berlaku diatur dalam arahan untuk kelak ditinggalakan. Aku hampir membenci ini put.
Itulah kenapa kita dianjurkan untuk selalu bersyukur dan jangan sampai berputus asa dalam usaha. Sebab merasakan rizqi yang berupa bahagia dan keindahan adalah kenikmatan yang istimewa. Aku dan kamu mensyukuri segala nikmat hari ini agar kemudian hari bisa dipertemukan lagi nikmat dengan kadar kualitas yang lebih tinggi. Tuhan pasti akan merasa tidak tega sekaligus kagum melihat para hambanya yang tetap memelihara semangat optimisme, prasangka baik, dan ketekunan dalam bekerja berhari-hari sampai waktu memintanya untuk berhenti.
Putri, kita ini setelah lahir ke dunia memang sengaja dikondisikan untuk lupa oleh Tuhan. Kita lupa sama segala yang pernah kita pilih dan janjikan dengan Tuhan atas nasib dan takdir hidup kita. Orang tua, keluarga, guru, teman, sahabat, kekasih adalah meraka yang ditugaskan untuk membantumu menemukan dan mengingat apa yang direncanakan Tuhan atas hidupmu.
Aku harus terus menyertaimu putri. Dimanapun, kemana saja, kapanpun, saat apa saja aku merasa harus terus melibatkanmu bersama Tuhan dan kekasihNya. Kehadiranmu tidak hanya melulu secara jasad lahiriah. Sebab materi punya kemungkinan untuk ditangkap dan dihancurkan. Ruh batinmu amat lebih bebas bergerak kesana kesini menjadi cahaya. Ia tidak bisa dibendung bahkan dimusnahkan. Dalam satu waktu ia bisa berada dimana saja. Menyebar kemanapun yang ia merasa perlu datangi. Konsep ruang dan waktu tidak berlaku dalam perhitungan ruh.
Sehingga aku pun tidak harus merasa terus menerus lupa. Sebab bersamamu aku akan selalu ingat. Aku juga tidak merasa pernah meninggalkanmu dalam wujud kebahagiaan dan keindahan yang kita sempat perankan sebab aku selalu menyertai dan membawamu dalam setiap gerak putaran bulan mengelilingi bumi sambil terus mengitari matahari.
Putri, keluarlah sebentar. Coba kamu pastikan bahwa langit yang kamu lihat memancarkan cahaya matahari yang dikirimkan langsung ke bumi atau dipantulkan ke bulan. Sebab disanalah pendaran gelombang rinduku tersimpan. Dan tetaplah kamu di situ. Jangan kemana-mana terlalu lama. Sebab kamu adalah alasanku untuk kembali.
Putri, kamu sehat dan bahagia kan hari ini?
NPH.

Comments