Wahai putri, di surat kesepuluh ini aku merasa
begitu tertekan oleh ketakutan yang semestinya bisa amat mudah untuk aku
abaikan. Tapi entahlah. Aku memang teramat cengeng untuk urusan seperti ini.
Put, aku tidak menyangka bahwa ternyata diam-diam
banyak yang memperhatikanku atas jalan hidup yang aku pilih. Mungkin aku sedang
geer. Tapi tak apalah geer juga merupakan makhkul Tuhan yang mesti aku akui dan
temani keberadaannya. Perihal geer ini tidak akan aku perpanjang dalam surat
ini. Kapan-kapan saja. Tolong nanti kamu ingatkan selagi sempat. Yang jelas
saat ini aku memang sedang sibuk dalam menikmati apa yang setiap orang rindukan
dan kita pun memburunya sampai seluruh usia kita habis untuk memahaminya meski
yang kita peroleh hanya sedikit.
Putri, bisa tidak kamu sebutkan apa saja atau
keadaan bagaimana yang amat dipastikan membuatmu merasa takut??
Hanya satu kemungkinan alasan yang menjadikanmu
takut. Jika kamu takut mati. Maka yang sebenarnya kamu takuti bukan mati itu
sendiri. Melainkan ketidaktahuanmu atau kebelumtahuanmu tentang apa yang
terjadi setelah mati. Akibat dari setelahnya. Efek atau konsekuensi yang akan
berlangsung setelah kamu mengalami mati. Begitu juga pada masalah yang lain.
Kamu memilih untuk sekolah dan kuliah karena kamu
takut bahwa kelak kamu akan disebut bodoh dan kemudian tidak memiliki pekerjaan
yang memberikan penghasilan besar untuk memenuhi keperluan makanmu setiap hari.
Padahal banyak mereka yang memutuskan untuk tidak sekolah namun mampu bekerja
dengan honor yang amat menggiurkan. Mereka mampu berpikir selayaknya seorang
doktor atau profesor.
Jadi kamu takut kepada keadaan yang belum bisa
dijamin akan terjadi. Kamu takut karena kamu belum menguasai pengetahuan
tentang waktu yang akan mengawal kehidupanmu saat kamu memilih untuk tidak
sekolah.
Jelas bagiku tidak ada kaitannya antara sekolah
dengan cerdas atau pintar, antara kuliah dengan kecakapan bekerja. Sekolah itu
hanya salah satu cara untuk membuktikan bahwa kita sedang dibodohi. Dan sebab
sekolah juga kita menjadi tahu bahwa kita tidak bisa atau gagal dibodoh-bodohi.
Putri, bukankah obat itu pahit? Dan kamu tetap
meminumnya karena kamu tahu dan yakin bahwa setelah minum obat itu kamu akan
merasa lebih baik kondisi kesehatanmu. Masakan cumi dengan berbagai variasi itu
nikmat dan lezat sekali loh put. Tapi orang itu merasa wajib untuk tidak
memakannya lantaran suatu penyakit yang sedang dideritanya.
Aku pernah sampaikan bahwa baik buruk itu ukuran
manusia yang pasti tidak sama bagi ukuran Tuhan. Begitu juga benar salah, manis
pahit, berani takut, semua mesti disandarkan pada landasan berpikirNya Tuhan.
Jangan terlalu sering melatih diri untuk merasa baik atau benar sendiri melalui
metode konyol yaitu semau-maunya atau sesuka-suka sendiri.
Put, kamu pernah tahu, membaca atau mendengar kisah
seorang nabi, yang bernama nabi Khidir? Guru dari salah seorang rasul yang
bernama Musa?
Sesingkat yang aku tahu dari cerita itu bahwa Khidir
dipinjamkan oleh Tuhan kemampuan untuk meneropong waktu. Masa sekarang, masa
depan dan masa lalu. Kemampuan itu diperlihatkan kepada Musa melalui tiga
peristiwa. Pertama, khidir membocorkan kapal yang bermuatan barang-barang
berharga sebab ia tahu bahwa sebentar lagi ada kapal lain yang akan
merampoknya. Kedua, khidir mencekik anak kecil sampai mati karena bocah itu
dipastikan akan membunuh kedua orang tuanya saat ia dewasa nanti. Ketiga,
khidir menancapkan tiang kuat-kuat untuk menopang rumah yang hampir roboh sebab
di dalam tanah itu tersimpan harta karun yang bisa dipakai untuk memenuhi
kehidupan keluarga baik-baik yang sedang kesusahan itu.
Putri, kamu jangan terlalu cepat menyatakan bahwa
aku takut, ini kerugian, ini sial, ini jelas ketidakberuntungan. Simpan
sebentar. Kamu harus tempuh keadaan yang kamu alami itu sampai benar-benar
datanya lengkap dan menyeluruh. Kamu tidak diizinkan berhenti pada satu titik
peristiwa sedangkan hari esok masih menyediakan lintasan panjang. Teruskanlah
langkahmu sampai kamu menguasai tentang apa yang terjadi setelahnya. Setelah
itu kamu paham bahwa akhirnya keadaan itu bukan untuk di takuti juga tidak
tepat jika disebut sebagai hal yang percuma, kesialan, ketidakberuntungan atau
kerugian.
Jikapun akhirnya kamu belum diizinkan untuk memahami
keadaan secara lebih menyeluruh sehingga tidak ada hal lain yang kamu bisa
temukan untuk menegaskan dugaanmu. Itu sama sekali tidak masalah atas dua hal.
Pertama, paling tidak kamu sudah tetap sabar dan setia memelihara prasangka baik.
Kedua, apa saja yang datangnya dari Tuhan pasti baik meskipun kamu
diperintahkan untuk turun ke jurang. Sebab tidak mungkin Tuhan memerintahkan
manusia untuk menembak tanpa sebelumnya diberikan pistol dan pelurunya.
Lantas, aku ingin bertanya kembali put. Bukankah
semua yang diciptakan Tuhan itu tidak ada yang sia-sia ya? Adakah yang Tuhan
ciptakan selain berupa Rahmat? Coba kamu tunjukan ciptaanNya yang mana yang
tidak mengandung Hikmah dan memiliki manfaat?
Jawaban dari pertanyaan terakhir ini akan menyadarkanmu
bahwa selama ini yang kamu takuti sesungguhnya hanya ketakutan itu sendiri.
Sebab yang kamu takuti belum bisa dipastikan dan dijamin akan terjadi. Bisa iya
bisa juga tidak. Semua tergantung mauNya. Sesuka-sukaNya. Itu bukannya konyol?
Iya memang konyol, tapi Tuhan berhak untuk konyol. Bakhan wajib konyol. Sebab
Dia yang memiliki alam dan jagad raya ini berserta apa yang hidup dan ada di
dalamnya. Termasuk aku dan kamu. Kamu tidak usah protes. Tuhan memang sudah
seharusnya begitu. Kamu jangan sering-sering membiasakan dirimu untuk
memerintah Tuhan apalagi sampai mengatur Tuhan untuk begini begitu. Memangnya
kamu siapa? Kamu pikir kamu bosnya Tuhan dan Tuhan adalah karyawanmu begitu?
Put, aku justru semakin bersyukur dan amat bahagia
sama Tuhan yang tidak bisa diperintah atau diatur-atur. Dan aku selalu merasa
aman, tentram dan damai setiap kali menyadari itu.
Oh iya, gimana kamu hari ini put? Kamu sehat dan
bahagia kan?
NPH.
Comments
Post a Comment