Put, entah kenapa belakangan-belakangan ini aku
sering merasa bahwa seoalah aku kehilangan diriku sendiri. Diriku seperti
lenyap dariku. Atau bisa jadi aku yang lenyap dari diriku sendiri. Ada keadaan
yang amat mengkhawatirkanku yang disebabkan oleh sesuatu yang masih harus aku
cari penjelasannya. Aku amat terselimuti oleh ketakutan-ketakutan yang
sumbernya mesti aku temukan keberadaanya secara lebih lengkap. Aku seolah
gelisah oleh sesuatu yang aku tidak mengerti apa itu. Ini semua cukup membuat
istirahatku menjadi agak tidak tenang.
Put, aku ingin menceritakan ini kepadamu secara lebih
jujur, terbuka dan terang-terangan. Tapi aku tidak tahu harus mulai darimana.
Sebab kita sepertinya sudah berjalan teramat jauh. Kita telah banyak mendalami
setiap titik yang kita jumpai mulai dengan cara yang paling sederhana, wajar
sampai cara yang membuat kita rela untuk mengaku bahwa kita sedang gila atau
bahkan kita memang sudah tidak lagi waras.
Di surat sebelumnya aku katakan bahwa jalan yang
mesti akan kita lalui masih teramat panjang. Jalan itu melingkar. Kita
bersama-sama bukan kembali tapi menuju ke asal muasal kita. Tempat kembali kita
yang sejati. Maka segala yang kita miliki saat ini wajib kita hemati. Kita
harus memeriksa dan memastikan ketersediaan bekal hidup kita secara terus
menerus, berulang-ulang, berkali-kali dan jangan sampai berhenti.
Kalau kamu mencintai sesorang dan kemudian
memilihnya sebagai pendamping hidupmu, apa yang menjadi alasan atau
pertimbanganmu put? Apakah rasa cintamu padanya sudah cukup mewakili itu?
Siapa yang terbukti jelas telah menghidupimu sampai
kamu besar, dewasa dan menjadi perempuan cantik seperti sekarang? Siapa orang
yang telah kamu lihat kesungguhanya dalam merawat, mengurus dan mendidikmu
dengan penuh cinta dan kasih sayang sejak kamu kecil hingga sekarang kamu
menjadi wanita yang tegar, mandiri dan penuh kepedulian?
Ayah, ibu, atau siapa saja yang telah menjalani
fungsi sebagai orang tua adalah mereka yang pengabdiannya wajib untuk disikapi
dengan cara yang tidak biasa biasa saja atau ala kadarnya. Akal sehat kita
tidak terpasang dengan baik seandainya yang kita lakukan adalah
tindakan-tindakan yang tidak mencerminkan rasa terima kasih. Kita mungkin tidak
lulus sila kedua sebagai manusia beradab seandainya orang tua kita jadikan
sebagai tempat untuk menggalang pelecehan sosial, perusakan nama baik, dan pelunturan
kehormatan keluarga.
Put, kalau kamu mencintai seseorang mohon pastikan
kepada dirimu sendiri bahwa kamu mencintainya dalam rangka membalas cinta dan
kasih sayang orang tuamu melalui kehadirannya. Kenapa? Sebab orang yang
terbukti paling tahu bagaimana cara melayanimu hanya orang tuamu. Mereka sudah
amat paham dan mengerti apa saja yang terkait denganmu dari mulai yang paling
sepele, remeh, sederhana, wajar, sampai hal yang paling berharga dan penuh
nilai kemewahan. Mereka sudah ahli dalam memahami kebahagian maupun
kesedihanmu.
Kita wajib taat dan patuh sama orang tua.
Bagaimanapun keadaan orang tua kita tidak sedikitpun mengurangi pengakuan bahwa
mereka adalah orang yang telah melahirkan kita. Kita kemudian mengabdi
kepadanya dengan menjalankan peran, tugas dan fungsi sebagai seorang anak dalam
rangka wujud proses penghambaan kita kepada Tuhan.
Kalau akhirnya kamu memilih dia sebagai pendamping
hidupmu. Maka dia seharusnya adalah wakil dari orang tuamu. Kamu mencintai dia
dalam rangka membalas cinta, kasih sayang, jasa, budi orang tuamu. Yang
memiliki kualitas cinta dan kasih sayang yang besarnya amat mendekati kadar
cintanya orang tuamu kepadamu. Cara untuk menghormati, menghargai, dan
mensyukuri segala yang telah dipersembahkan orang tuamu adalah tetap
melanjutkan perjuangannya dengan terus memelihara, mengembangkan dan
menumbuhkan secara subur segala yang telah ditanam oleh orang tuamu yang
menyimpan nilai-nilai kebahagiaan dan keselamatan.
Sebab nanti setelah kamu menikah dengannya maka
dialah yang akan meneruskan fungsi, tugas, dan peran sebagai orang tua. Mungkin
ini salah satu cara untuk berterima kasih kepada orang tua adalah dengan
menghadirkan dia sebagai teman hidupmu. Yang paling tidak dia akan menjaga dan
melindungimu dari segala kesedihan dan penderitaan yang wilayah jangkauanya
lebih inti. Dialah yang akan bekerja sama denganmu untuk bisa membalas budi,
jasa dan kebaikan orang tuamu yang mungkin sudah tak terhitung.
Put, hidup ini mengandung sedikitnya kata dan makna.
Kata itu apa yang terucap atau tersurat. Sedangkan makna adalah kandungan,
esensi, muatan, nilai atau pengertian dari kata. Ia sifatnya tersirat.
Mana yang kamu pilih, cinta atau mencintai? Sayang
atau menyayangi? Menangis atau menangisi? Hormat atau menghormati?
Cinta itu disini sementara mencintai itu disana.
Cinta masih berupa keadaan di dalam diri yang mungkin disebut sebagai rasa.
Sedangkan mencintai adalah menjadikan keadaan tersebut sebagai dorongan untuk
melakukan sesuatu yang membahagiakan orang yang kita cintai. Mencintai adalah
implementasi, bukti, atau aktualisasi dari cinta.
Put, kapan terakhir kali kamu menangis? Apa yang
terjadi sehingga kamu bisa sampai menangis? Menangis itu meratapi keadaan yang
sedang berlangsung di dalam diri. Sementara menagisi ialah meratapi keadaan di
luar diri. Menangis itu lebih ke urusan personal sementara menangisi sudah
menjangkau ke masalah sosial.
Kamu pasti sudah paham kan put bahwa seorang ibu
tidak perlu bilang ke anaknya bahwa ia adalah ibunya. Sang ibu cukup memberikan
ASI, merawat, dan mengurus anaknya dengan penuh cinta dan kasih sayang. Nanti
sang anak dengan sendirinya pasti akan menyadari bahwa perempuan itu adalah
ibunya.
Menurutmu mana yang lebih penting put. Menjadi istri
atau menjalani fungsi sebagai istri? Menjadi suami atau membangun peran sebagai
suami?
Orang-orang juga pasti akan tahu dan mengakui bahwa
itu adalah televisi meski di salah satu sisinya tidak ada tulisan "ini
televisi". Perempuan yang cantik seperti kamu tidak perlu kamu tempelkan
di keningmu tulisan "aku cantik loh" atau kamu siarkan tulisan itu ke
semua temanmu melalui media sosial. Pasti orang lain, siapapun saja dengan
sendirinya akan menyadari dan sepakat bahwa kamu memang cantik. Dan itu mutlak.
Tidak bisa ditawar-tawar. Terlebih dibantah.
Put, hidup ini teramat banyak menyimpan masalah yang
tingkat kesuburannya tidak berbanding lurus dengan kemampuan unuk mengatasinya.
Setiap jalan keluar yang dihasilkan selalu menjadi masalah baru. Begitu
seterusnya. Kamu pikir bahwa membakar sampah adalah cara untuk mengurangi
sampah. Mungkin itu benar. Tapi hasilnya adalah kamu mencipatkan masalah baru
yang berupa polusi udara atau gas polutan yang mengganggu ekosistem di
sekitarnya.
Sudalah put. Kamu tidak usah khawatir. Sebab masalah
sudah dimulai dan berlangsung sejak alam semesta beserta isinya ini ada. Dan
itu berarti bahwa adanya diri kita sendiri juga termasuk masalah. Tapi ya
itulah hidup. Hidup memang begitu. Manusia dikonsep untuk memiliki partner
kerja berupa masalah.
Kalau kamu belum bisa mengurangi atau mengatasi
masalah yang ada. Maka cukuplah kamu tidak menjadi masalah buat orang lain.
Tidak mencipatkan masalah baru yang mengundang keresahan orang lain. Kalau kamu
masih belum bisa mengurangi beban, kesedihan, dan penderitaan orang lain. Maka
cukuplah kamu jangan jadi beban, kesedihan, dan penderitaan bagi mereka.
Put, keadaan ini tidak mudah untuk aku lewati.
Berhari-hari aku seolah tenggelam dalam pencarian yang aku tidak mengerti apa
yang aku cari. Terlebih ada rindu yang harus aku tanggung setiap waktu. Ini
berat put. Jangan pernah kamu mengalami apa yang sekarang aku alami. Sebab aku
yakin kamu tidak akan sanggup. Biarkan aku menanggungnya sendiri.
Aku harap kamu sehat dan bahagia ya put.
NPH.
Comments
Post a Comment