Surat Ketujuh Untuk Putri


Put, entah kenapa belakangan-belakangan ini aku sering merasa bahwa seoalah aku kehilangan diriku sendiri. Diriku seperti lenyap dariku. Atau bisa jadi aku yang lenyap dari diriku sendiri. Ada keadaan yang amat mengkhawatirkanku yang disebabkan oleh sesuatu yang masih harus aku cari penjelasannya. Aku amat terselimuti oleh ketakutan-ketakutan yang sumbernya mesti aku temukan keberadaanya secara lebih lengkap. Aku seolah gelisah oleh sesuatu yang aku tidak mengerti apa itu. Ini semua cukup membuat istirahatku menjadi agak tidak tenang.
Put, aku ingin menceritakan ini kepadamu secara lebih jujur, terbuka dan terang-terangan. Tapi aku tidak tahu harus mulai darimana. Sebab kita sepertinya sudah berjalan teramat jauh. Kita telah banyak mendalami setiap titik yang kita jumpai mulai dengan cara yang paling sederhana, wajar sampai cara yang membuat kita rela untuk mengaku bahwa kita sedang gila atau bahkan kita memang sudah tidak lagi waras.
Di surat sebelumnya aku katakan bahwa jalan yang mesti akan kita lalui masih teramat panjang. Jalan itu melingkar. Kita bersama-sama bukan kembali tapi menuju ke asal muasal kita. Tempat kembali kita yang sejati. Maka segala yang kita miliki saat ini wajib kita hemati. Kita harus memeriksa dan memastikan ketersediaan bekal hidup kita secara terus menerus, berulang-ulang, berkali-kali dan jangan sampai berhenti.
Kalau kamu mencintai sesorang dan kemudian memilihnya sebagai pendamping hidupmu, apa yang menjadi alasan atau pertimbanganmu put? Apakah rasa cintamu padanya sudah cukup mewakili itu?
Siapa yang terbukti jelas telah menghidupimu sampai kamu besar, dewasa dan menjadi perempuan cantik seperti sekarang? Siapa orang yang telah kamu lihat kesungguhanya dalam merawat, mengurus dan mendidikmu dengan penuh cinta dan kasih sayang sejak kamu kecil hingga sekarang kamu menjadi wanita yang tegar, mandiri dan penuh kepedulian?
Ayah, ibu, atau siapa saja yang telah menjalani fungsi sebagai orang tua adalah mereka yang pengabdiannya wajib untuk disikapi dengan cara yang tidak biasa biasa saja atau ala kadarnya. Akal sehat kita tidak terpasang dengan baik seandainya yang kita lakukan adalah tindakan-tindakan yang tidak mencerminkan rasa terima kasih. Kita mungkin tidak lulus sila kedua sebagai manusia beradab seandainya orang tua kita jadikan sebagai tempat untuk menggalang pelecehan sosial, perusakan nama baik, dan pelunturan kehormatan keluarga.
Put, kalau kamu mencintai seseorang mohon pastikan kepada dirimu sendiri bahwa kamu mencintainya dalam rangka membalas cinta dan kasih sayang orang tuamu melalui kehadirannya. Kenapa? Sebab orang yang terbukti paling tahu bagaimana cara melayanimu hanya orang tuamu. Mereka sudah amat paham dan mengerti apa saja yang terkait denganmu dari mulai yang paling sepele, remeh, sederhana, wajar, sampai hal yang paling berharga dan penuh nilai kemewahan. Mereka sudah ahli dalam memahami kebahagian maupun kesedihanmu.
Kita wajib taat dan patuh sama orang tua. Bagaimanapun keadaan orang tua kita tidak sedikitpun mengurangi pengakuan bahwa mereka adalah orang yang telah melahirkan kita. Kita kemudian mengabdi kepadanya dengan menjalankan peran, tugas dan fungsi sebagai seorang anak dalam rangka wujud proses penghambaan kita kepada Tuhan.
Kalau akhirnya kamu memilih dia sebagai pendamping hidupmu. Maka dia seharusnya adalah wakil dari orang tuamu. Kamu mencintai dia dalam rangka membalas cinta, kasih sayang, jasa, budi orang tuamu. Yang memiliki kualitas cinta dan kasih sayang yang besarnya amat mendekati kadar cintanya orang tuamu kepadamu. Cara untuk menghormati, menghargai, dan mensyukuri segala yang telah dipersembahkan orang tuamu adalah tetap melanjutkan perjuangannya dengan terus memelihara, mengembangkan dan menumbuhkan secara subur segala yang telah ditanam oleh orang tuamu yang menyimpan nilai-nilai kebahagiaan dan keselamatan.
Sebab nanti setelah kamu menikah dengannya maka dialah yang akan meneruskan fungsi, tugas, dan peran sebagai orang tua. Mungkin ini salah satu cara untuk berterima kasih kepada orang tua adalah dengan menghadirkan dia sebagai teman hidupmu. Yang paling tidak dia akan menjaga dan melindungimu dari segala kesedihan dan penderitaan yang wilayah jangkauanya lebih inti. Dialah yang akan bekerja sama denganmu untuk bisa membalas budi, jasa dan kebaikan orang tuamu yang mungkin sudah tak terhitung.
Put, hidup ini mengandung sedikitnya kata dan makna. Kata itu apa yang terucap atau tersurat. Sedangkan makna adalah kandungan, esensi, muatan, nilai atau pengertian dari kata. Ia sifatnya tersirat.
Mana yang kamu pilih, cinta atau mencintai? Sayang atau menyayangi? Menangis atau menangisi? Hormat atau menghormati?
Cinta itu disini sementara mencintai itu disana. Cinta masih berupa keadaan di dalam diri yang mungkin disebut sebagai rasa. Sedangkan mencintai adalah menjadikan keadaan tersebut sebagai dorongan untuk melakukan sesuatu yang membahagiakan orang yang kita cintai. Mencintai adalah implementasi, bukti, atau aktualisasi dari cinta.
Put, kapan terakhir kali kamu menangis? Apa yang terjadi sehingga kamu bisa sampai menangis? Menangis itu meratapi keadaan yang sedang berlangsung di dalam diri. Sementara menagisi ialah meratapi keadaan di luar diri. Menangis itu lebih ke urusan personal sementara menangisi sudah menjangkau ke masalah sosial.
Kamu pasti sudah paham kan put bahwa seorang ibu tidak perlu bilang ke anaknya bahwa ia adalah ibunya. Sang ibu cukup memberikan ASI, merawat, dan mengurus anaknya dengan penuh cinta dan kasih sayang. Nanti sang anak dengan sendirinya pasti akan menyadari bahwa perempuan itu adalah ibunya.
Menurutmu mana yang lebih penting put. Menjadi istri atau menjalani fungsi sebagai istri? Menjadi suami atau membangun peran sebagai suami?
Orang-orang juga pasti akan tahu dan mengakui bahwa itu adalah televisi meski di salah satu sisinya tidak ada tulisan "ini televisi". Perempuan yang cantik seperti kamu tidak perlu kamu tempelkan di keningmu tulisan "aku cantik loh" atau kamu siarkan tulisan itu ke semua temanmu melalui media sosial. Pasti orang lain, siapapun saja dengan sendirinya akan menyadari dan sepakat bahwa kamu memang cantik. Dan itu mutlak. Tidak bisa ditawar-tawar. Terlebih dibantah.
Put, hidup ini teramat banyak menyimpan masalah yang tingkat kesuburannya tidak berbanding lurus dengan kemampuan unuk mengatasinya. Setiap jalan keluar yang dihasilkan selalu menjadi masalah baru. Begitu seterusnya. Kamu pikir bahwa membakar sampah adalah cara untuk mengurangi sampah. Mungkin itu benar. Tapi hasilnya adalah kamu mencipatkan masalah baru yang berupa polusi udara atau gas polutan yang mengganggu ekosistem di sekitarnya.
Sudalah put. Kamu tidak usah khawatir. Sebab masalah sudah dimulai dan berlangsung sejak alam semesta beserta isinya ini ada. Dan itu berarti bahwa adanya diri kita sendiri juga termasuk masalah. Tapi ya itulah hidup. Hidup memang begitu. Manusia dikonsep untuk memiliki partner kerja berupa masalah.
Kalau kamu belum bisa mengurangi atau mengatasi masalah yang ada. Maka cukuplah kamu tidak menjadi masalah buat orang lain. Tidak mencipatkan masalah baru yang mengundang keresahan orang lain. Kalau kamu masih belum bisa mengurangi beban, kesedihan, dan penderitaan orang lain. Maka cukuplah kamu jangan jadi beban, kesedihan, dan penderitaan bagi mereka.
Put, keadaan ini tidak mudah untuk aku lewati. Berhari-hari aku seolah tenggelam dalam pencarian yang aku tidak mengerti apa yang aku cari. Terlebih ada rindu yang harus aku tanggung setiap waktu. Ini berat put. Jangan pernah kamu mengalami apa yang sekarang aku alami. Sebab aku yakin kamu tidak akan sanggup. Biarkan aku menanggungnya sendiri.
Aku harap kamu sehat dan bahagia ya put.
NPH.

Comments